Tata Ruang Untuk Uang

Di tahun 90-an Pernah salah seorang kerabat  presiden Soeharto, iseng-iseng mau menguji kesaktian aturan yang ada di Inggris, dengan duit yang berjibun. Dia mendatangi kantor Agraria dan menyampaikan niatnya untuk membeli lahan (tanah) dikawasan pertanian, hasilnya bagaimana?

Sang Miliuner diceramahi panjang lebar petugas Agraria setempat. Orang ini pun malu, ternyata uang yang berlimpah yang dimilikinya tak mampu meruntuhkan aturan hukum yang berjalan tegak tanpa pandang bulu di Negara ini. Inggris memang tidak main-main dengan penataan ruangnya, disana ada aturan hukum yang melarang keras perubahan fungsi lahan, sekalipun itu sang pemilik tanah sendiri. Disana ada aturan ketat, mulai dari luas tanah, bentuk arsitektur dan batas ketinggian bangunan. Inilah cara Inggris dalam melindungi daerah pertaniannya yang subur. Padahal kita semua tahu, Revolusi Industri berawal dari Negara ini. Meski demikian, Negara ini tidak beserta saja mengorbankan lahan pertaniannya yang subur untuk disulap menjadi lahan industry atau perumahan, Sebab Bila dibiarkan maka ketahanan pangannya (food security) akan jebol, karena itu lahan pertaniannya diproteksi ketat! Bagaimana dengan Indonesia, khususnya Bojonegoro? Tata Ruang Untuk Uang!

Malah sebaliknya, lahan sawah yang subur dengan mudahnya berbalik fungsi untuk perumahan, industry atau Tol. Belum ada aturan yang dengan tegas memproteksi lahan sawah yang produktif sebagai lahan abadi atau dijadikan lahan konservasi yang tidak boleh ditawar. Semuanya bisa diatur yang penting Duit, Tata Ruang pun bisa di atur sesuai pesanan pemilik modal. Tak heran Tata Ruang diplesetkan menjadi Tata Uang!

Contoh : Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang dulu terkenal dengan lumbung padinya sekarang berubah menjadi lumbung kota, akankah ketahana pangan di Yogyakarta Ambruk?

Semoga Bojonegoro bisa dan mampu memepertahankan lahan pertanian yang subur dan produktif.

Penulis:

GENDUT SUHARSO FKPB (Forum Komunikasi Pembangunan Bojonegoro) 085230587259