.::Pengumuman Hasil Try Out IMAGO Simultan Nasional 2015::.

Membaca NU Pasca Muktamar

imago.or.id - Sebelumnya penulis ingin mengucapkan selamat dan sukses atas terpilihnya KH. Sahal Mahfudh sebagai Rois A’am Syuriah dan KH. Said Aqil Siradj sebagai Ketua PBNU terpilih periode 2010-2015. Tuntas sudah NU menyelesaikan hajatan besar muktamar ke-32 di Makasar. Terpilihnya Mbah Sahal panggilan akrabnya KH. Sahal Mahfudh menjadi Rois A’am dan Said Aqil Siradj menandakan, jika NU sebagai organisasi masyarakat keagamaan sekarang telah berada pada babak baru. Ini artinya cita-cita perubahan NU ke depan yang lebih baik menjadi pijakan awal untuk melangkahkan masa depan seluruh warga nahdliyin. Entah mau dikemanakan NU pasca muktamar, sepenuhnya berada pada kepemimpinan baru duet Mbah Sahal dan Said Aqil Siradj.

Terpilihnya Said Aqil menjabat sebagai Ketua PBNU, mungkin bukan hal yang mengejutkan. Pasalnya, pra muktamar hingga dibukanya muktamar, nama Said Aqil sudah begitu digembar-gemborkan oleh masyarakat Nahdliyin. Artinya, terpilihnya Said jauh-jauh hari sudah terprediksi bakal memenanginya. Terbukti pada hasil pemilihan Sabtu (27/3) lalu, perolehan suara yang dihasilkan oleh Said begitu sangat mendominasi. Kemenangan telak telah didapatkan oleh Said atas rivalnya Slamet Efendi Yusuf.

Dari hasil perolehan pemilihan tersebut, Said Aqil Siradj mampu mengantongi jumlah suara 50 persen, yakni 294 suara. Sedangkan Slamet Efendi Yusuf hanya memdapatkan suara 201. Dengan langkah pasti, yang berhak untuk memimpin Pengurus Besar Nahdlotul Ulama (PBNU) adalah Said Aqil Siradj. Keluarnya Said Aqil sebagai the winner secara tidak langsung menjadi pioner untuk membawa NU menuju Ormas yang menjunjung tinggi kemaslahan umat, sesuai Khittah 1926.

Selama 5 tahun ke depan, NU berada dalam nahkoda ketua terpilih Said Aqil. Maju dan mundurnya NU tergantung bagaimana Said Aqil Siradj pandai-pandai mengarsitekturinya. Selain menjadi harapan baru di NU, kehadiran duet Mbah Sahal dan Said Aqil seakan menjadi oase tersendiri di tengah-tengah NU yang sedang berada dalam kegersangan akan arah visi-misi. Masih teringat jelas, ketika NU mengalami kemelut dan goncangan hebat akibat splid politik praktis. Kemelut internal itu seolah masih saja terus membayang-bayangi tubuh NU hingga detik ini. Hasilnya pengandai-andaian warga Nahdliyin akan cita-cita kembali ke Khittah 1926 mencuat kembali dan menjadi diskursus yang masih sangat relevan untuk selalu diperbincangkan.

Memetakan Masa Depan NU


Satu hal yang menjadi pertanyaan adalah harus dikemanakan NU setelah terpilihnya kepemimpinan baru ini? Pasalnya, hal ini merupakan fundamen pokok bagi keberadaan masa depan NU. Mau tak mau, ini harus mampu dijawab dan diselesaikan secara baik oleh duet Mbah Sahal dan Said Aqil Siradj selaku Ketua PBNU baru. Wacana tersebut bisa dijadikan amunisi guna proses perbaikan ekternal maupun internal NU. Tentunya semuanya tidak menginginkan jika NU menjadi organisasi masyarakat yang keropos dan mudah rapuh. Karena itu perlu semacam pertimbangan dan pemetaan yang kritis terhadap visi-misi yang bakal NU emban kedepannya nanti.

Ada banyak agenda yang sebenarnya perlu segera untuk direalisasikan oleh NU, diantaranya adalah terkait masalah bidang pendidikan dan kesehatan. Bisa dipastikan mungkin perbaikan dalam pendidikan perlu keseriusan yang lebih ekstra. Masalahnya, hingga sekarang ini, NU dari segi pendidikan masih tertinggal jauh dengan yang lainnya. Khususnya di tingkat perguruan tinggi. Lihat saja, sajauh ini mana universitas NU yang memiliki fasilitas dan kualitas yang setara dengan standarisasi tingkat nasional. Jelasnya, perbaikan sektor pendidikan menjadi prioritas yang sangat vital, guna menginginkan NU sebagai Ormas limaslahatil Ummah.

Selain aspek pendidikan, hal lain yang tak kalah pentingnya juga menyangkut masalah dibidang kesehatan. Kaitannya dengan ini adalah tidak adanya rumah sakit atau pun Puskesmas NU, dimana hal itu bisa dijadikan alat sarana dan prasarana masyarakat luas untuk berobat. Sehingga mencuatnya diskursus pendirian bangunan rumah sakit yang berstandar internasional ditiap-tiap provinsi di Indonesia menjadi wahana untuk membangun jaminan limaslahtil ummah terlebih kepada para warga nahdliyin. Beberapa hal tersebut di ataslah yang sesungguhnya menjadi Pekerjaan Rumah (PR) warga NU selama ini.

Sudah cukup kiranya NU harus terus-terusan berada dalam kubangan hitam politik praktis yang sesungguhnya berdampak pada terpecah-belahnya internal NU. Bisa dikatakan tak sepantasnya lagi, jika “hari gini” NU masih tetap memperbincangkan politik praktis. Saatnya NU melalui periode kepemimpinan baru, yang berada di bawah nahkoda Said Aqil Siradj harus mulai mengorientasikannya pada piuritas memperjuangkan hal yang urgen bagi masyarakat luas. Maksudnya mendahulukan kebutuhan yang primer baru yang skunder.

Tidak hanya itu, hal-hal lain yang merupakan sebagai kekayaan NU, yang pernah diwariskan oleh Alm. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) seperti pluralisme dan membela hak-hak kaum lemah yang termarjinalkan juga selayaknya harus tetap diteruskan dan dilestarikan. Karena itu adalah sebagai modal serta basis orisinalitas kekayaan NU. Juga yang menjadi gerakan lain yakni mewujudkan NU berwawasan ekonomi kemandirian. Sektor kemandirian ekonomi ini setidaknya juga akan membawa kesejahteraan warga Nahdliyin ke depannya nanti.

Singkatnya, dari serangkaian agenda yang sudah tergelar dihadapan kepemimpinan baru duet antara Mbah Sahal dan Said Aqil Siradj ini, tidak bisa dielakan lagi bahwasannya beberapa opsi di atas merupakan persoalan urgen yang harus segera diatasi NU. Intinya pasca Muktamar ke-32 di Makasar, terkatung-katungkannya NU dalam lilitan politik praktis sebisanya harus bisa dientaskan. Kondisi ini bukan berarti NU menolak warganya untuk berpolitik praktis, melainkan antisipasi jika Ormas keagaman NU jangan dijadikan alat/kendaraan meraih keserakahan individu. Meski demikian, spekulasi-spekulasi yang diluar insting warga nahdliyin bisa saja terjadi, di tubuh NU. Semuanya masih berproses dalam pembenahan. Benarkah demikian? Wallauhu a’lam!
Oleh: Romandhon MK, Aktivis NU, Direktur LKPB UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

Partner campus jogja

ugm amikom uny uii

Partner campus jogja

uin suka akprind imago uty

Partner campus jogja

umy aajy usd upnyk