.::Pengumuman Hasil Try Out IMAGO Simultan Nasional 2015::.

Paradoks Gerakan Mahasiswa

imago.or.id - Aksi brutal dan anarkisme yang ditunjukkan sejumlah aktivis mahasiswa Makasar, saat melakukan unjukrasa terkait penuntasan kasus bail out Bank Century menyisakan banyak sesal yang begitu mendalam. Pasalnya, aksi demo yang dilakukan oleh aktivis mahasiswa itu sama sekali tidak mencerminkan sosok yang mengenal dunia akademis dan intelektual. Baku-hantam antara mahasiswa (pengunjuk rasa) dengan polisi keamanan, sejatinya tidak menghasilkan hal yang bermanfaat. Sebaliknya, tindakan anarkistis mahasiswa, pada kamis (5/3) lalu justru hanya menimbulkan ketimpangan sosial dan kerugian materi beskala besar. Disini yang banyak dirugikan lagi-lagi adalah masyarakat.

Inilah yang dianggap penulis sebagai paradoks gerakan mahasiswa sekarang. Bagaimana tidak, sangat berbeda sekali ketika mengingat aksi demo yang dilakukan oleh para aktivis mahasiswa seluruh Indonesia yang dalam rangka meruntuhkan rezim tirani dan otoriter era Orde baru beberapa tahun silam. Dimana para mahasiswa benar-benar berangkat dari hati nurani untuk melakukan aksi demi membela kebebasan masyarakat. Intinya aksi anarkis yang sifatnya merugikan rakyat dan apalagi bentrok terhadap masyarakat sebisa mungkin harus dihindari.

Hal ini tercermin pada gerakan mahasiswa di Yogyakarta dan Jakarta pada 1998 yang saat menyerukan penurunan Soeharto. Saat itu mahasiswa dan warga masyarakat benar-benar saling bahu-membahu dan bekerjasama secara total. Bahkan di Yogyakarta, ibu-ibu secara sukarela menyediakan makanan dan minuman gratis di pinggir jalan, yang dilewati oleh setiap para pendemo.

Berbeda dengan aksi demo mahasiswa di Makasar (5/3) lalu, sangat ironis sekali. Mahasiswa yang sebenarnya mengusung misi membela hak rakyat, justru terlibat kerusuhan terhadap masyarakat sendiri. Anehnya, dengan sadar mereka tahu siapa yang diajak berbaku-hantam adalah rakyat, tapi tetap saja aksi itu diteruskan.

Munculnya kemarahan warga di Makasar, sesungguhnya sangat mendasar. Mengingat dengan adanya aksi demo justru membuat akses aktifitas masyarakat setempat menjadi terhambat. Para sopir angkot dan tukang becak terpaksa merelakan waktu mengais rizkinya harus terganggu dan terbengkalai.

Dapat dikatakan, waktu bekerja para tukang becak dan sopir angkot menjadi terhenti, dan secara tidak langsung penghasilan mereka selama satu hari menjadi taruhannya. Hal ini tak lepas dari pengaruh aksi anarkistis yang dilakukan oleh para mahasiswa, yakni dengan memblokir jalan dan memabakar ban-ban bekas ditengah jalan. Padahal dengan aksi semacam itu, sebenarnya pendemo telah menganggu kenyamanan orang lain. Dan orang lain itulah sebenarnya yang sedang mereka perjuangkan dan dibela. Melihat kenyataan semacam itu, bukankah ini sangat ironis?

Cerdas Memahami Isu
Ada kemungkinan, kalau meletusnya kerusahan dalam aksi itu lantaran mahasiswa terprovokasi. Tapi seharusnya mahasiswa tidak segampang itu terpancing, karena yang dirugikan adalah mereka sendiri. Akibat demonstrasi yang brutal, tujuan mereka menggelindingkan terus kasus Century justru tak tercapai. Masalahnya, publik sudah terlanjur muak melihat aksi anarkis yang berlangsung selama berhari-hari itu.

Aktivis mahasiswa mestinya juga mencermati betul isu yang diperjuangkan. Sungguh keliru jika kasus Century dianggap sebagai isu yang benar-benar mewakili kepentingan masyarakat luas. Sebab, isu ini bergulir lebih karena didorong oleh kepentingan politikus di Senayan guna melengserkan Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kedua petinggi ini dinyatakan bersalah secara politik, tapi belum terbukti secara hukum. Karenanya, dalam hal ini penting sekali aktivis mahasiswa bisa dengan sangat cerdas memahami isu yang sedang bergulir.

Lantas, dengan sekian banyak keganjilan itu, apakah mereka sadar apa yang sebenarnya sedang dan sudah mereka perjuangkan? Benarnya juga pernyataan Max Weber dalam pidatonya yang pernah mengatakan bahwa “generasi kita tak begitu beruntung untuk mengetahui apakah perjuangannya kelak akan mendatangkan hasil (seperti yang dicapai oleh generasi terdahulu) dan apakah keturunan kita akan mengakui kita sebagai nenek moyang mereka. Kita tak akan bisa menghapus kutukan yang terlontar kepada kita, sebagai pengekor dari suatu era politik yang besar, kecuali jika kita berhasil untuk menjadi sesuatu yang lain – pendahulu dari zaman yang lebih besar. Apakah ini yang akan menjadi tempat kita sejarah? Saya tak tahu dan hanya bisa mengatakan: adalah hak pemuda untuk jujur pada dirinya dan pada cita-citanya”.

Penggalan dari pidato inagurasi Max Weber, si sarjana besar yang dengan sadar terlibat dalam masalah aktuil negerinya ini selayaknya bisa menjadi bahan intropeksi diri bagi gerakan mahasiswa (aktivis) negeri ini untuk selalu berbuat terbaik bagi masyarakat dan negerinya. Cukup hanya peristiwa itu saja, aksi konyol yang dilakukan aktivis mahasiswa di Makasar, menjadi pelajaran yang sangat berharga. Bukan hanya untuk aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saja, selaku pihak yang terlibat, melainkan juga semua elemen gerakan mahasiswa seperti PMII, IMM, GMNI dan gerakan seluruh mahasiswa lainnya di negeri ini.

Anarkisme sejumlah aktivis mahasiswa di makasar, bukan cermin yang menggambarkan seorang aktivis yang sedang memperjuangkan tirani, tapi lebih cenderung sebagai orang yang sengaja melakukan kerusuhan, yang berarti tidak untuk mencari dan menemukan solusi, melainkan sebatas membuat kekacaubalauan belaka. Kerusuhan dalam berdemonstrasi sejatinya hanya akan merusak makna subtansial dari apa yang diperjuangkan itu sendiri. Masalahnya, demontrasi muncul sebagai wujud pengaktualisasian diri, yang secara lantang menyeruakkan penuntutan hak yang semestinya. Bukan malah bertindak brutal dan radikal bak seorang preman yang tidak memiliki etika. 

Oleh : M. Romandhon MK, Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

Partner campus jogja

ugm amikom uny uii

Partner campus jogja

uin suka akprind imago uty

Partner campus jogja

umy aajy usd upnyk