.::Pengumuman Hasil Try Out IMAGO Simultan Nasional 2015::.

Ironi Jurusan SKI

imago.or.id - Perubuhan nama kampus IAIN Sunan Kalijaga menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) tidak serta merta memabawa dampak perubahan yang meggembirakan. Tranformasi kampus yang semula IAIN berubah UIN, menjadikan banyak mahasiswa merasa terkaget-kaget. Pasalnya, perubahan yang terlampau cepat itu memiliki imbas yang sangat luar biasa besar terhadap keselarasan dan harmonisasi keilmuan di IAIN. UIN (yang semula IAIN) Suka itu mengalami perubahan drastis dari segi keintelektualan. Kondisi ini bisa kita rasakan melalui semakin punahnya forum-forum diskusi kecil di UIN.

Hal itu tak lepas dengan menyaksikan kenyataan, jika mahasiswa sekarang mengalami kesulitan dalam menciptakan akses-akses iklim keintelektualan seperti dulu kala semasa masih menjadi IAIN. Ruang-ruang kebebasan bekreatifitas seakan dibatasi oleh kemegahan dan keagungan gerbang kampus. Kampus yang dulu sebagai kampus populy kini seolah dipaksakan menjadi kampus yang borjuis. Miris rasanya, dengan ditambah lagi realitas yang mendiskreditkan kebebasahan mahasiswa dalam mengasah keilmuannya.

Penggunaan jadwal yang menuntut gerbang harus ditutup, menjadi dilematisasi pembunuhan keintelektualan mahasiswa. Hasilnya mahasiswa kesulitan menciptakan ruang dialog dan diskusi di area kampus pada malam hari. Bagaimana tidak, pada pagi, siang dan sore harinya mahasiswa selalu dihadapkan pada seabrek peraturan kampus yang mewajibkan mahasiswanya untuk memenuhi jadwal hadir minimal mencapai 75 persen.

Dengan ditetapkannya 75 persen, secara langsung telah membatasi aktivitas mahasiswa, baik ektra maupun di intra kampus. Padahal kegiatan ektra dan intra sesungguhnya memiliki kans besar untuk mendongkrak kualitas mahasiswa dalam aspek keintelktualan. Namun apa daya, jika ternyata kebijakan dan kemegahan kampus telah mengkerangkeng semuanya. Dalam hal ini mahasiswa terntunya. Ini semakin menegaskan asumsi mahasiswa, bahwa ternyata perubahan IAIN menjadi UIN sesungguhnya sangatlah berdampak “sistemik” bagi keberlangsungan iklim keintektualan mahasiswa di kampus putih ini.


Imbas Terhadap Jurusan

Memang disadari atau tidak, itulah realitas yang sedang mengintai kampus rakyat ini. Terlepas dari hal itu, ada yang lebih mengagetkan sekaligus memilukan. Yakni menyangkut akreditas. Ya akreditasi! Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, dalam sejarahnya, semasa masih menjadi IAIN kedudukan akreditasinya mendapatkan akreditas A. Penulis membayangkan dengan menyandang akreditas A, betapa luar biasanya atmosfir keilmuan serta keintektualan Dosen dan mahasiswa jurusan SKI saat itu. Karena untuk menyabet predikat terakreditasi A, tentunya tidak hanya serta merta begitu saja, pastinya peninjauan kualitas sarana-prasarana serta out put mahasiswa yang dihasilkan memang benar-benar memiliki basis keilmuan yang “mumpuni”.

Namun ironisnya, ketika dihadapkan pada kenyataan jurusan SKI yang sesungguhnya, sejarah kejayaan SKI yang pernah mendapat akreditas A, hanya mimpi disiang bolong. Selain itu, yang sulit dimengerti adalah, bagaimana mungkin bisa, jurusan SKI yang dulu terakreditas A, kini setelah menjadi UIN justru turun menjadi akreditas B. Bukankah ini merupakan sejarah buruk bagi SKI? Diakui atau tidak, berubahnya akreditas jurusan SKI dari A ke B, sesungguhnya adalah tamparan yang terlampau keras bagi kita semua selaku dosen dan mahasiswa jurusan SKI, fakutas Adab, UIN Sunan Kalijaga.

Mungkin kita sekarang sudah lupa dan bahkan sama sekali tidak pernah tahu akan hal tersebut. Seperti aib yang seakan-akan ditutupi. Tapi percuma saja, pada kenyataanya cepat atau lambat mahasiswa pasti akan mencium dan mengetahui semuanya itu. ataukah mungkin, jurusan ini amnesia akan sejarah itu? akantetapi tak sepatutnya jurusan SKI harus berlarut-larut dalam buramnya sejarah tersebut. Dan selayaknya jurusan SKI harus berdiri tegap menata kembali dan bersiap-siap mengulangi kejayaan SKI yang pernah mendapat akreditas A sewaktu masih menjadi IAIN.

Salah satunya menyiapkan SDM tenaga didik (dosen) yang memiliki kualitas dan kredibilitas yang tinggi. Mahasiswanya yang sadar akan kebutuhan keilmuan dan keintelektualan. Namun, hal yang urgen untuk menuju tatanan semacam itu perlu yang namanya sarana-prasarana dan fasilitas yang memadai. Anehnya lagi, dengan semangat yang menggebu-gebu itu, tidak ditunjang dengan fasilitas yang ada. lagi-lagi jurusan SKI harus melihat kenyataan, jika betapa minim dan akutnya fasilitas penunjang bagi SKI.

Bagaimana tidak, sejauh ini jurusan SKI hanya memiliki satu laboratorium tok. Yakni laboratorium budaya. Dan itu pun, keadaannya masih sangat memilukan dan memprihatinkan. Cuma berupa ruangan dan beberapa gelintir buku, sungguh sangat memiriskan hati bukan? Lantas dengan kondisi yang tak layak tersebut, masihkah jurusan SKI bersikeras dan kukuh menggembar-gemborkan akan mendapat akreditasi A? Sangat mustahil, la wong kenyataannya SKI masih belum memiliki apa-apa. Apakah ini, yang sesungguhnya diinginkan jurusan untuk mencetak dan melahirkan out put mahasiswa SKI yang berkualitas? Dengan tetap mempertahankan laboratorium yang buruk semacam itu? selamanya, sampai kapan pun cita-cita mewujudkan mahasiswa berkualitas tidak akan mampu terealisasikan.

Suatu kesempatan penulis percakap-cakap dengan salah seorang Dosen jurusan SKI, penulis mempertanyakan akan kondisi lab Budaya tersebut. Jawaban dosen tersebut singkat, alasan keterbatasan lab budaya itu dikarena kekurangan dana dan masih menunggu dana. Masuk akalkah jawaban itu, lantas sebagai universitas yang berlabel negeri, memunculkan tanda tanya besar, dimana jatah dana-dana yang sudah diperuntukan oleh negara bagi pengembangan universitas-universitas negeri itu. Bukankah, selama ini sudah ada program tunjangan dana BLU? Betapa ironis dan susah dimengerti bukan? Waallahu a’lam!

Oleh : M. Romandhon MK, Aktivis PMII, Korp Kompak 2009, Fakultas Adab dan ilmu Budaya, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

Partner campus jogja

ugm amikom uny uii

Partner campus jogja

uin suka akprind imago uty

Partner campus jogja

umy aajy usd upnyk