imago.or.id - Beberapa bulan terakhir sempat muncul isu tentang ketimpangan terjadi antara wilayah Bojonegoro bagian barat dan Bojonegoro bagian Timur. Sebagaimana wacana yang sering berkembang di masyarakat, ketimpangan terjadi karena ketidakseimbangan proses distribusi sumber daya antara daerah yang satu dengan yang lain. Distribusi sumber daya yang dimaksud bukan hanya masalah demografis melainkan juga terkait alokasi kebijakan dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Mengacu pada wacana tersebut, sebenarnya kita dapat berargumen bahwa telah terjadi suatu paradoks di Bojonegoro. Mengapa berulang kali disebut sebagai paradoks social? Hal tersebut mengacu pada suatu kondisi yang tidak sesuai padahal peluang terjadinya kesesuaian begitu besar. Dalam konteks ini, wilayah Bojonegoro barat pada dasarnya justru memiliki lebih banyak potensi daripada wilayah Bojonegoro timur. Jika kita amati, sumur-sumur minyak yang menjadi jargon kota ini untuk go internasional ternyata sebagian besar berada di wilayah Bojonegoro barat (baik kecamatan Ngasem, Kalitidu, Sumengko, dll). Selain itu, potensi pertanian yang begitu luas, agaknya menjadi aneh jika Bojonegoro barat dianggap belum bisa mencapai standar kemakmuran sehingga timpang dari wilayah Bojonegoro timur.
Oleh karena itu, hal tersebut perlu dikritisi dan dikaji lebih lanjut terutama oleh masyarakat Bojonegoro. Itulah yang memunculkan suatu kegelisahan dan rasa penasaran bagi kami, putra putri Bojonegoro, untuk mengadakan diskusi bersama salah satu LSM terkemuka di Bojonegoro, ADEMOS.
Mengacu pada wacana tersebut, sebenarnya kita dapat berargumen bahwa telah terjadi suatu paradoks di Bojonegoro. Mengapa berulang kali disebut sebagai paradoks social? Hal tersebut mengacu pada suatu kondisi yang tidak sesuai padahal peluang terjadinya kesesuaian begitu besar. Dalam konteks ini, wilayah Bojonegoro barat pada dasarnya justru memiliki lebih banyak potensi daripada wilayah Bojonegoro timur. Jika kita amati, sumur-sumur minyak yang menjadi jargon kota ini untuk go internasional ternyata sebagian besar berada di wilayah Bojonegoro barat (baik kecamatan Ngasem, Kalitidu, Sumengko, dll). Selain itu, potensi pertanian yang begitu luas, agaknya menjadi aneh jika Bojonegoro barat dianggap belum bisa mencapai standar kemakmuran sehingga timpang dari wilayah Bojonegoro timur.
Oleh karena itu, hal tersebut perlu dikritisi dan dikaji lebih lanjut terutama oleh masyarakat Bojonegoro. Itulah yang memunculkan suatu kegelisahan dan rasa penasaran bagi kami, putra putri Bojonegoro, untuk mengadakan diskusi bersama salah satu LSM terkemuka di Bojonegoro, ADEMOS.
Tempat : Kantor Ademos
Pelaksanaan : 25 September 2009
Pelaksanaan : 25 September 2009
Diskusi IMAGO (ikatan mahasiswa bojonegoro@jogja)Bersama ADEMOS (lembaga social kemasyarakatan yang bergerak di bidang social dan demokrasi. Prinsipnya adalah membangun masyarakat dari bawah, jika masyarakat bergerak maka LSM bergerak)
1 komentar:
wow
Posting Komentar