.::Pengumuman Hasil Try Out IMAGO Simultan Nasional 2015::.

Menuju Daerah Yang Gemar Ikan

imago.or.id - Bagaimana perikanan di Bojonegoro? dapatkah usaha perikanan dikembangkan pada daerah Bojonegoro ini?
 
Subsektor perikanan memiliki peran penting sebagai penyumbang protein bagi masyarakat Indonesia. Ikan memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda tetapi pada intinya ikan memiliki kandungan gizi yang baik daripada daging merah/ternak. Sesuai dengan program yang dicanangkan oleh Mantan Menteri Kelautan & Perikanan Indonesia, Fadel Muhammad yakni Gemar Ikan ( Gerakan Makan Ikan ). Gerakan ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan konsumsi makan ikan yang masih rendah. Mengapa harus konsumsi ikan?? Karena pada umumnya ikan mengandung protein yang dibutuhkan kesehatan manusia. Dengan makan ikan yang cukup maka dapat memberikan dua keuntungan bagi kita. Pertama, baik untuk kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit. Kedua, asam lemak tak jenuh, termasuk omega-3, yang terkandung dalam ikan, sangat membantu perkembangan sel otak yang dapat meningkatkan kecerdasan (IQ) manusia. Dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas dengan asupan gizi yang cukup, maka sangat diperlukan sosialisasi, pendidikan maupun informasi yang tepat kepada seluruh anak bangsa sejak dini bahwa betapa pentingnya konsumsi ikan. Dengan demikian maka perlu ditingkatkannya usaha budidaya dalam setiap daerah untuk memasok persediaan ikan yang dikonsumsi pada tiap harinya.

Perikanan dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi masyarakat jika termaksimalkan. Gampang gampang susah itulah perikanan, dikatakan gampang karena tidak terlalu menguras energi dan dikatakan susah karena butuh ketelatenan serta teknik-teknik mendasar agar dapat meraup keuntungan yang menjanjikan. Dalam dunianya, perikanan terbagi atas dua yakni perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan laut untuk daerah yang memiliki wilayah laut dan potensi ikan tangkap, sedangkan perikanan darat untuk daerah yang tidak memiliki wilayah laut dan memiliki potensi budidaya.  Kabupaten Bojonegoro adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang sebagian besar wilayahnya merupakan daratan, Namun bukan berarti sektor perikanan tidak dapat dikembangkan pada daerah ini. Maka sebaliknya sektor perikanan ini lah yang kiranya merupakan usaha strategis yang harusnya dapat dimaksimalkan oleh masyarakat pada umumnya. Mengapa demikian?? karena hemat penggunaan lahan, dapat memanfaatkan lahan marginal dengan hemat air, teknologi budidaya dan dan pembenihannya mudah diterapkan oleh masyarakat, sehingga usaha dapat dikembangkan dengan skala kecil hingga industri.

Salah satu usaha untuk menghasilkan ikan secara optimal dan tidak mengganggu atau merusak lingkungan media hidup ikan adalah melalui usaha budidaya yang dikembangkan dengan baik. Keberhasilan budidaya ikan yang dilakukan secara menyeluruh dan merata tentu dapat meningkatkan penghasilan serta taraf hidup masyarakat, khususnya masyarakat yang mengandalkan hidupnya dari usaha perikanan. ( Saparinto, 2009 )

Ikan merupakan produk yang cukup mudah diperoleh, baik dari hasil tangkapan atau hasil budidaya. Biasanya ikan yang bernilai ekonomis baik, lebih banyak diperoleh dari budidaya. Sebagai contoh ikan lele atau nila merah, lebih mudah diperoleh dari hasil budidaya dibanding hasil tangkapan dan relatif mudah untuk dibudidayakan.

Usaha budidaya pada umumnya relatif mudah dikembangkan pada masyarakat, namun bukan berarti tidak ada kendala-kendala yang menghambat perkembangannya. Modal, biaya produksi, teknik budidaya ataupun pemasaran yang mungkin masih dirisaukan oleh usaha pembudidaya saat ini. Daerah Bojonegoro yang mayoritas wilayahnya terdiri atas luas area tanah sawah ( 32,58 %), tanah kering ( 22,42 %), hutan Negara ( 40,15 %), perkebunan ( 0,26 %) dan lain-lain ( 4,59 %). ( Bojonegoro dalam angka, 2011 )

Berdasarkan data yang ada yakni tanah kering ( 22,42 %) yang terdiri atas lahan kosong, gersang, rawa-rawa maupun lahan bekas padi gagal panen. Lahan-lahan tersebut lah yang selayaknya menjadi lahan ekonomis yang dapat diolah dan dikelola menjadi lahan budidaya perikanan. Pada lahan kosong, gersang dan cenderung kering dapat memanfaatkan terpal sebagai alasnya sehingga air tidak mengalami penyurutan yang drastis dan dapat. Sedangkan dalam rawa-rawa maupun lahan bekas padi gagal panen dapat mengandalkan tadah air hujan sebagai sumber pengairannya

Berbicara mengenai budidaya ikan maka tidak bisa jauh dengan perairan. Dalam budidaya diperlukan pengairan yang cukup, kualitas air yang memadai serta pengelolaan air yang baik.  Di sepanjang daerah Bojonegoro pada umumnya dialiri oleh sungai Bengawan Solo dan Waduk Pacal untuk daerah yang tidak dialiri sungai Bengawan Solo. Produksi Ikan di Bojonegoro saat ini terbagi atas Penangkapan/ Catching dan Budidaya / Fishery Household. Kegiatan penangkapan dilakukan pada perairan umum, sedangkan Budidaya dilakukan dalam media kolam, sawah tambak dan mina padi. Namun dalam statistic tercatat bahwa kegiatan budidaya yang mendominasi masih dalam taraf media kolam dalam jumlah kecil, sawah tambak pada beberapa wilayah saja dan mina padi yang masih belum terealisasikan di Bojonegoro. Hal inilah yang

Lantas seberapa pentingkah pemasaran itu??

Pemasaran merupakan proses terpenting dalam dunia bisnis. Demikian juga dalam bisnis ikan di daerah Bojonegoro. Di tengah persaingan usaha produk perikanan yang semakin ketat, Pemasaran itu sendiri dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuk serta inovasi yang memungkinkan. Salah satu kegiatan pemasaran yang efektif adalah melalui promosi.

Kegiatan promosi merupakan salah satu kegiatan pemasaran yang paling penting.Kegiatan promosi diharapkan akan meningkatkan jumlah permintaan produk perikanan. Promosi produk dapat dilakukan melalui kemasan, cara penjualan, potongan harga, proses produksi dan sebagainya. Salah satu bentuk promosi yang efektif dilakukan adalah dengan kampanye makan ikan dengan mengedepankan isu sebagai makanan sehat dan bergizi. Isu wabah penyakit flu burung ( unggas ) dan sapi gila pada produk daging sapi ternyata juga dapat mempengaruhi terhadap pemintaan produk perikanan khususnya ikan. ( Mahyudin, 2007 )

Meningkatkan nilai ekonomis Panen / Pasca Panen ??

Panen ikan lalu memasarkan, menjual ikan hasil panen secara langsung ( mentah ). Itu barangkali sudah merupakan hal biasa yang sering dilakukan tani ikan pada umumnya. Akan tetapi jika hasil panen ikan tersebut diolah terlebih dahulu dalan prduk olahan mungkin akan berbeda lagi ceritanya. Kenapa berbeda?? Ya sudah tentu berbeda, yakni nilai ekonomis tentunya. Nilai ekonomis produk ikan hasil olahan lebih tinggi daripada ikan mentah. Ini yang kiranya perlu dikembangkan lagi dalam masyarakat pada umumnya. Selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi, juga dapat membantu pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan sehingga sumberdaya manusia sekitar dapat termaksimalkan. Hal ini juga dapat menekan laju pengangguran yang ada pada lingkungan sekitar, perkotaan maupun pedesaan.

Produk ikan olahan??. Pada umumnya ikan air tawar memiliki tekstur daging yang lembut dan juga ketebalan dagingnya merupakan alasan tersendiri mengapa banyak masyarakat menyukai ikan ini. Sifat ini menyebabkan ikan air tawar ( lele, patin, nila, dsb. ) mudah dan cocok untuk diolah selain dijadikan ikan pindang juga bisa dibuat berbagai produk olahan ikan seperti : fillet, baso, otak-otak, pempek, sosis, kerupuk, tempura ikan, ikan asap, ikan asin dan nugget ikan ( Dani, 2005 ). Produk-produk olahan ikan ini belum terlalu popular pada daerah jawa khususnya namun lebih banyak popular di daerah luar jawa. Hal ini bukan berarti produk olahan tersebut kurang peminat ataupun tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun sebaliknya potensi ini lah yang mestinya dapat dikembangkan oleh masyarakat sekitar, karena produk olahan dapat meningkatkan nilai jual ikan relatif tinggi dibandingkan ikan non olahan.

Bagaimanakah pemasaran yang tepat ??

Banyak pola pemasaran yang ditawarkan untuk mendistribusikan hasil panen maupun pasca panen. Seperti yang telah dijelaskan pada bacaan sebelumnya yakni promosi. Setelah kegiatan promosi tersebut tentunya produk akan menuju ke sesi pemasaran dan mengalami proses jual beli dalam suatu wadah yang dinamakan pasar. Pasar sendiri dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, pasar tradisional, pasar swalayan dan sebagainya.

Bejo ( 2005 ) Pasar ikan benih dan ikan konsumtif di Indonesia menjadi 3 bagian : pasar tradisional, pasar potensial, dan pasar temporer. Pasar tradisional baik benih maupun ikan konsumsi terdapat di pasar-pasar tradisional Bojonegoro, pasar kecamatan, karena memang para pembeli disini umumnya para pengecer maupun langsung para konsumen.  Pasar temporer merupakan pasar yang dapat terjadi sewaktu-waktu dalam waktu yang tidak tentu (tidak rutin) pasar ini biasanya terjadi pada peristiwa tertentu. Misalnya pasar murah, bazaar dan sebagainya. Sedangkan terakhir adalah pasar potensial khususnya benih ukuran kecil. Benih-benih tersebut dapat dipasarkan di pasar local untuk system pembesaran di kolam, keramba, dan pen. Disebut potensial karena jumlahnya cukup besar dan terus meningkat.

Sebagai contohnya, Pemasaran lele konsumsi dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah penjualan secara langsung kepada pedagang pengumpul. Para pedagang biasanya berkeliling ke petani ikan dan kolam pemeliharaan lele sambil menanyakan jadwal panen. Selanjutnya, beberapa minggu sebelum panen, pedagang akan kembali. Dengan demikian, setiap panen lele selalu ada pedagang pengumpul yang siap membeli hasil panen. Kedua adalah dengan menawarkan hasil panen ke pasar. Biasanya di pasar ada pedagang yang siap membeli hasil panen lele dalam keadaan hidup. Sebaiknya petani menghubungi pedagang beberapa hari sebelum panen. Pemasaran lele tidak terbatas pada ukuran konsumsi saja. Lele ukuran benih pun dapat dipasarkan ke pasar. Pemasaran benih biasanya ke pedagang benih eceran atau pedagang benih pengumpul. Biasanya petani pembesar ikan ikan lele sudah langganan pada peternak atau pembenih lele. Harga benih biasanya ditentukan oleh ukuran.

Umumnya pemasaran ikan lele pada masyarakat dilakukan olah pedagang pengumpul langsung datang ke kolam pembesaran sekaligus melakukan penyortiran. Harga penjualan langsung di kolam relative murah lebih murah dibandingkan jika dikirim ke tempat pedagang sekitar Rp. 5000,00 per kg. Sistem penjualan langsung di tempat kolam relatif lebih mudah dan menguntungkan bagi petani ikan atau pembudidaya pemula karena tidak menanggung kematian ikan selama transportasi dan penyusutan bobot lele atau perbedaan timbangan. Para pedagang pengumpul biasanya menginginkan ikan lele dengan ukuran tertentu, yaitu ukuran 8-12 ekor/kg. selain ukuran tersebut, harga ikan lele dihargai lebih murah sekitar Rp. 1.000,00 - Rp. 1.500,00. Harga local sangat bervariasi tergantung dari jauh dekatnya sumber komoditas dan jumlah permintaan dan penawaran terhadap komoditas tersebut.


Referensi :
  • Bejo, S.,2005. Jaringan Pemasaran Ikan Patin. Temu Bisnis, Prospek dan Pengembangan
  • Usaha Budidaya Ikan Patin Lokal Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan   
  • Air Tawar, Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Paper  ke 3.
  • Dani, I.,2005. Budidaya Ikan Patin dan permasalahannya. Temu Bisnis, Prospek dan Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Patin Lokal Riset Pemuliaan dan Teknologi
  • Budidaya Perikanan Air Tawar, Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Paper ke 3.
  • Mahyuddin, Kholis.2007. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.
  • Saparinto, Cahyo. 2009. Budi Daya Ikan di Kolam Terpal. Jakarta :Penebar Swadaya.


Oleh : Himawan Akhmadin Saputra (mahasiswa perikanan UGM 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

Partner campus jogja

ugm amikom uny uii

Partner campus jogja

uin suka akprind imago uty

Partner campus jogja

umy aajy usd upnyk