.::Pengumuman Hasil Try Out IMAGO Simultan Nasional 2015::.

Filosofi

imago.or.id - Suatu pagi sekitar jam 9, dia sedang mendengarkan kuliah dari salah satu dosen favoritnya, drg Ika Dewi Ana. Dosen ini memang hebat,impiannya dapat berjalan dengan mulus, ceritanya menjadi inspirasiku, dan dunia telah dijelajahinya. Setiap mengajar beliau selalu menyisipkan penyemangat hidup bagi mahasiswanya untuk menjadi seperti beliau. Benar-benar orang hebat. Moeslim Harajuku style ini mengajar dengan penuh pengertian dan mengajak untuk menjadi paham semua anak didiknya.

Hari ini dia menyisipkan sebuah cerita di sela-sela kuliahnya. Mungkin hal ni adalah caranya untuk meningkatkan mutu menggajar. Kali ini mengenai seorang professor yang bersowan ke seorang guru zen (kami kurang mengerti tentang arti guru zen ini). Ketika itu professor datang ke guru zen tersebut, dia bermaksud ingin memperdalam ilmunya. Dengan sikap ramah guru zen pun mempersilahkan masuk “silahkan masuk dan duduklah”. ”Baik sense, terima kasih” jawab si professor. Setelah itu guru zen masuk ke ruangan lain di rumahnya dan tak lama kemudian dia keluar dengan sebuah cangkir beserta tekonya. Dia lalu duduk di hadapan professor tersebut dan meletakkan teko di atasnya. Profesor pun berkata untuk memecah kesunyian “Tidak perlu repot-repot begini sense” .

Tanpa membalas ucapan professor, guru zen langsung menuang isi teko ke cangkir. Beberapa detik kemudian cangkirpun mulai penuh, namun guru zen tetap menuangnya. Karena tahu akan tumpah maka professor berkata “sense kurasa ini sudah cukup, sebentar lagi minuman ini akan tumpah”. Guru zen tetap diam dan terus menuang-menuang hingga benar apa yang dikatakan professor tersebut, air tersebut tumpah dan membasahi seluruh meja.

Sesaat terdian lalu guru zen berkata ” engkau telah mengerti maksudku dengan ini?”. Professor berpikir sejenak “Maap?”. Dengan merasa agak bingung dengan apa yang dimaksud. Dia melanjutkan kata-katanya “maksud anda yang mana?”. Guru zen membalasnya dengan mata memandang ke raah professor “inilah maksudku”. Professor melihat sejenak ke teko dan cangkir tersebut lalu berkata “apakah minuman yang tumpah ini maksud anda?”.”Iya benar” timpal guru zen. Lalu melanjutkan ucapannya “lihatlah berapa banyak air yang aku tuang kenapa tidak semua masuk ke cangkir?”. Tentu saja dengan mudah professor menjawab “tentu saja tumpah,ukuran teko dengan cangkir berbeda.” Guru zen tersenyum “ehm, apa kau tau arti ini?”.

Ketika menyelesaikan cerita ini drg Ika mulai menjelaskan maksud cerita ini yang bertujuan dengan kuliah hari ini yang intinya sebelum kita menerima suatu ilmu baru kosongkanlah dulu otakmu agar dapat menyerap ilmu itu, dan tidak terbuang tumpah seperti air dalam teko. Apabila kosong saja masih dapat tumpah apalagi penuh pasti tidak masuk sama sekali. Lalu dia mulai focus lagi pada materi kuliahnya yang cukup menarik.

Namun dari cerita ini ada juga hal yang lain yang dapat dijadikan pencerminan kehidupan nyata. Aku mulai berpikir mengenai kapasitas. Untuk hal yang negative, menurut pandanganku mungkin dapat dikatakan apabila kapasitas kita memang sebesar cangkir mengapa kita harus mengisinya sebanyak teko. Usaha itu akan sia-sia dan tak berguna. Nah dari sisi itu suatu alternative memang diperlukan. Setiap orang tidak bakal mampu menguasai semuanya jika memang kita hanya secangkir. Untuk menghindari tumpah yang sia-sia maka dapat dibuang sebagian teko tersebut ke sebuah tulisan diamana tulisan adalah otak kedua manusia. Ada hal lain yang dapat dilakukan yaitu membagi teko-teko tersebut ke orang-orang sekitar sehingga semua orang dapat mengingatkanmu apabila lupa. Ataupun dapat juga menghabiskan segera cangkirmu hingga meresap ke seluruh jiwamu baru diisi lagi dengan sisa isi teko itu.

Dari sisi positive mungkin teko adalah gambaran dari suatu ilmu yang global sedangkan cangkir adalah salah satu cabangnya. Dari situ dapat dilihat bahwa tak semua ilmu mampu dikuasai sehingga harus ada bidang tertentu yang benar-benar paham.

Filosofi Pioneer
Ini cerita singkat mengenai suatu tebak-tebakan yang akhirnya dapat diambil hikmahnya. Cerita ini jaga berasal dari drg Ika.
A : “Menurutmu, mengapa singga menjadi raja hutan? Mengapa tidak gajah yang ukurannya besar atau simpase yang pandai?
B : ”Ehmm , karena dia kuat?”
A : “Kurasa jawabanmu kurang tepat”
B : “Lalu mengapa?”
A : “ini sebuah cerita dari India,menurut legenda singa selalu melewati jalan yang lain daripada jalan-jalan yang dilewati oleh mahluk hidup selain singa. Dia mampu membentuk jalan baru dan berani menempuh jalan ini sendiri.”
B : ”Apakah kamu yakin itu benar?”
A : “Aku sebenanya tidak yakin tentang cerita ini, tapi hikmah yang aku yakini dari cerita ini”
B : ”OK, aku mengerti, cobalah hal yang beda gampanganya”
A : “Memang benar, untuk dapat dikenal kita harus menjadi pioneer,berani mencoba hal baru yang berbeda, dan tanpa rasa takut.”
B : ”tapi taukah kamu jika hal yang beda ini bisa salah atau benar di pandangan masyarakat?”
A : ”Ya.Mungkin, kita perlu suatu batasan untuk hal yang berbeda ini. Kita tidak boleh seliar singga tapi juga tidak boleh setakut kelinci”
A : ”jadi kembali ke kata wajar bercampur ekstrem??”
A : ”Hehehe”

Oleh : (Arghi Charisma Putri)

1 komentar:

ikadewiana mengatakan...

Arghi, baru pagi ini saya membaca blognya. Terima kasih. Terharu. Ternyata kuliah "Moslem Harajuku" ini ada yang menyimak dengan baik.

Arghi, teruslah menulis, teruslah membaca, teruslah belajar. Teruslah berusaha agar suatu saat kita dapat berkontribusi sesuatu, meski kecil atau sangat kecil dibanding dunia yang sangat luas ini.

Salam,
Ika Dewi Ana

Posting Komentar

 
 
 

Partner campus jogja

ugm amikom uny uii

Partner campus jogja

uin suka akprind imago uty

Partner campus jogja

umy aajy usd upnyk